Pernikahan Adat Sunda


PERNIKAHAN ADAT SUNDA, URUTAN LENGKAP PROSESI UPACARA DAN MAKNA DI BALIKNYA

Pernikahan adat Sunda merupakan salah satu upacara pernikahan dari suku yang ada di Indonesia yang populer di masyarakat. Suku Sunda masih memelihara dan menjaga adat istiadat dalam upacara pernikahan.
Masih memegang pada adat, tradisi dan nilai-nilai budaya yang kuat menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pengantin untuk melaksanakan pernikahan dengan adat Sunda.

Bahkan belakangan apara pesohor di tanah air banyak yang menampilkan pernikahan adat Sunda yang begitu mewah dan elegan sehingga membuat pamor pernikahan adat Sunda makin melejit.

Ciri khas dari pernikahan adat Sunda terlihat dari riasan pengantin wanita hingga prosesi atau upacara adatnya. Pengantin wanita di adat Sunda tampil begitu cantik dengan mahkotanya yang disebut dengan mahkota siger. Berbentuk menyerupai segitiga yang menggunung ke bagian atas.

Pada bagian dahinya ditempeli daun sirih berbentuk wajik kecil sebagai hiasan. Ada arti tersendiri dari daun yang disematkan itu. Daun sirih dianggap sebagai penolak bala, sehingga diharapkan pengantin yang akan menempuh hidup baru akan dijauhkan dari marabahaya.

Tak lupa aksesoris 7 kembang goyang di bagian sanggulnya, kembang tanjung dan untaian melati yang membuat pengantin wanita Sunda tampil anggun dan menawan.

Selain dari riasannya, tentu saja proses dan upacara pernikahan adat Sunda juga membuatnya banyak orang ingin menikah dengan adat ini. Masing-masing prosesi atau upacara dalam pernikahan adat Sunda memiliki makna di baliknya yang kaya akan nilai-nilai kebaikan.

Sebut saja proses ngaras, siraman, saweran, nincak endog, huap lingkup, dan masih banyak istilah lain dalam pernikahan adat Sunda ini.

Dikutip dari jurnal di laman unikom.ac.id, sebelum masuk pada prosesi pernikahan, ada juga prosesi sebelum pernikahan yang harus dilewati calon pengantin.

Prosesi pra pernikahan adat Sunda

1. Neundeun Omong
Saat seorang laki-laki atau perwakilannya ingin mempersunting seorang perempuan, maka akan ditelusuri terlebih dahulu status perempuan yang dimaksud. Apakah perempuan itu masih bebas atau belum ada yang meminang.

Jika perempuan itu masih bebas dan belum ada yang meminang serta ada tanda akan disetujui, maka akan ada pembicaraan yang lebih serius hingga akhirnya ada persetujuan dari pihak perempuan dan pihak laki-laki.


Ini dilakukan karena pada zaman dahulu, pernikahan kerap dilaksanakan karena paksaan orang tua. Tak sedikit kedua mempelai yang tidak saling mengenal. Namun karena perkembangan zaman, kini prosesi ini kerap dilewatkan karena calon pengantin biasanya sudah mengenal satu sama lain dan telah sejak awal memutuskan untuk serius menuju jenjang pernikahan.


Setelah mereka setuju untuk menikah, biasanya masing-masing calon pengantin membicarakannya pada orangtua atau keluarga. Kemudian disepakati waktu lamaran.


2Narosan (melamar)
Narosan adalah tahap selanjutnya setelah menetapkan tanggal lamaran. Pada kunjungan ini orang tua calon pengantin pria datang bersama keluarga terdekat. Pada pelaksanaannya pihak keluarga laki-laki biasanya sambil membawa barang-barang.

3. Seserahan
Seserahan adalah barang-barang yang diberikan oleh pihak calon pengantin pria untuk calon pengantin wanita. Biasanya barang-barang yang diberikan antara lain uang yang sebesar 10 kali lipat dari uang yang dibawa pada narosan atau ngelamar, pakaian, makanan, dan lain-lain. Begitu juga seballiknya dari pihak calon pengantin wanita menyerahkan sesuatu kepada pihak calon pengantin pria.

4. Ngecangkeun aisan
Upacara ini biasanya dilakukan sehari acara resepsi dan diselenggarakan di kediaman calon pengantin perempuan. Upacara ini menjadi simbol lepasnya tanggung jawab kedua orang tua pada calon pengantin.

5. Ngaras 
yakni upacara membasuh kedua telapak kaki orang tua oleh calon pengantin sebagai tanda bakti.
6. Siraman
Upacara siraman yakni memandikan calon pengantin perempuan dengan air yang telah dicampur dengan air bunga tujuh rupa (7 macam bunga wangi). Maksud dari upacara siraman adalah sebagai simbol bahwa untuk menuju sebuah mahligai rumah tangga yang suci harus pula diawali dengan tubuh serta niat yang suci pula.
7. Ngerik
Ngerik yaitu mengerik bulu-bulu yang berada di sekitar wajah pengantin wanita agar nantinya saat dirias hasil riasannya bagus.

8. Ngeuyeuk Seureuh
Prosesi ngeuyeuk seureuh ini dilakukan setelah prosesi ngerik di lakukan adapun maksud dan tujuan ngeuyeuk seureuh, yaitu:

Calom mempelai diberikan kesempatan untuk meminta izin kepada orang tua dan memohon restu dari orang tua dengan disaksikan keluarga, kerabat maupun undangan.

Kemudian kedua orang tua memberikan nasihat kepada calon mempelai melalui benda-benda yang terdapat pada alat-alat yang ada atau alat-alat ngeuyeuk seureuh.

Acara nyeuyeuk seureuh biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta dengan keluarganya, yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara akad nikah (Thomas Wiyasa Bratawidjadja, Upacara Pernikahan Adat Sunda, 2002).

Setelah prosesi pra pernikahan, baru dilaksanakan prosesi pernikahan di hari pernikahan, seperti yang dirangkum dalam jurnal yang diunggah Perguruan Tinggi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Urutan prosesi dalam pernikahan adat Sunda dan maknanya : 

1. Mapag Panganten
Upacara mapag panganten dimulai ketika pengantin laki-laki serta rombongan telah datang ke lokasi pernikahan. Pengantin laki-laki didampingi orang tua dan keluarganya datang beriringan. Rombongan harus menunggu kesiapan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan mapag (menyambut).

Setelah semuanya siap, Ki Lengser (penetua adat) yang bertindak sebagai pemimpin upacara memberi tanda kepada para panayagan (pemain musik), pager ayu (penari), punggawa (prajurit penjaga), dan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan menyambut kedatangan pengantin laki-laki.

Ki Lengser mempersilahkan para punggawa untuk mengawal pengantin laki-laki beserta rombongan. Setelah terjadi percakapan antara Ki Lengser dengan ketua rombongan, para pager ayu (penari) yang terdiri dari enam orang kemudian menyambut kedatangan rombongan dengan tarian dan tabur bunga.

2. Upacara Seserahan
Setibanya calon pengantin pria beserta rombongan di rumah calon pengantin wanita, maka diadakan penyambutan dengan pengalungan bunga yang terbuat dari bunga melati kepada calon pengantin pria yang dilakukan oleh ibu calon pengantin wanita, yang melambangkan bahwa pihak wanita menyambut kedatangan calon pengantin pria dengan hati suci bersih dan tangan terbuka.

Dalam upacara ini, orang tua calon pengantin pria menyerahkan putranya kepada orang tua calon pengantin wanita sambil membawa barang-barang keperluan pengantin wanita, yaitu pakaian wanita mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang merupakan simbolisasi dari pihak pria sebagai bentuk tanggung jawab kepada pihak keluarga wanita.

3. Akad Nikah
Dengan didampingi oleh calon mertuanya, pengantin pria dibawa masuk ke ruangan akad nikah dan dipersilakan duduk di kursi yang telah disiapkan. Selanjutnya pembawa acara mempersilakan kedua orang tua calon pengantin, saksi, petugas dari Kantor Urusan Agama (KUA), serta beberapa orang tua dari kedua belah pihak untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

Pengantin wanita dipersilakan duduk di samping calon suaminya yang selanjutnya segera dilanjutkan upacara Akad Nikah. Sebelum ijab (akad nikah) di mulai, kedua calon pengantin dikerudungi tudung panjang yang berwarna putih, ini melambangkan penyatuan dua insan yang masih murni, lahir maupun batin.

Setelah akad nikah selesai, kedua pengantin dipersilakan berdiri untuk serah terima mas kawin dan menerima buku nikah masing-masing. Mas kawin bagi masyarakat Sunda tidak terlalu diutamakan, hal ini tergantung kemampuan calon pengantin pria dan biasanya telah dirundingkan pada waktu melamar atau pada waktu seserahan.

4. Upacara Sawer Panganten
Upacara sawer adalah upacara memberi nasihat-nasihat perkawinan kepada pengantin, dan dilakukan di panyaweran yang tempatnya antara halaman dan rumah, tempat jatuhnya air dari atap. Karena sawer berasal dari kata awer yang artinya air jatuh menciprat.

Pada pelaksanaannya, kedua pengantin didudukkan di kursi yang telah disediakan, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan. Keduanya dipayungi dan didampingi oleh sanak saudara. Setelah itu dimulailah upacara nyawer yang dilakukan oleh wakil orang tua pengantin wanita, dengan menyanyikan tembang sawer yang isinya petuah-petuah dan doa-doa, diselingi dengan menaburkan beras putih, kunyit yang dilarutkan ke dalam air, kemudian dipakai mengaduk beras putih
sehingga beras tersebut menjadi kuning, uang logam, payung, permen, sirih yang digulung dengan bentuk cerutu berisi gambir, kapur sirih, pinang, dan tembakau, yang kesemuanya dicampur dalam satu wadah. Penaburan bahan sawer tersebut, melambangkan bahwa kedua pengantin tidak boleh segan-segan memberikan bantuan/harta kekayaan kepada sanak saudara dan orang lain.

5. Upacara Sungkem
Ciri khas dari pernikahan adat Sunda terlihat dari riasan pengantin wanita hingga prosesi atau upacara adatnya. Pengantin wanita di adat Sunda tampil begitu cantik dengan mahkotanya yang disebut dengan mahkota siger. Berbentuk menyerupai segitiga yang menggunung ke bagian atas.

Pernikahan Vidi Aldiano dan Sheila Dara dengan busana adat Sunda. Foto: YouTube/Vidi Aldiano, Instagram
Pada bagian dahinya ditempeli daun sirih berbentuk wajik kecil sebagai hiasan. Ada arti tersendiri dari daun yang disematkan itu. Daun sirih dianggap sebagai penolak bala, sehingga diharapkan pengantin yang akan menempuh hidup baru akan dijauhkan dari marabahaya.

Tak lupa aksesoris 7 kembang goyang di bagian sanggulnya, kembang tanjung dan untaian melati yang membuat pengantin wanita Sunda tampil anggun dan menawan.

Selain dari riasannya, tentu saja proses dan upacara pernikahan adat Sunda juga membuatnya banyak orang ingin menikah dengan adat ini. Masing-masing prosesi atau upacara dalam pernikahan adat Sunda memiliki makna di baliknya yang kaya akan nilai-nilai kebaikan.

Sebut saja proses ngaras, siraman, saweran, nincak endog, huap lingkup, dan masih banyak istilah lain dalam pernikahan adat Sunda ini.

Dikutip dari jurnal di laman unikom.ac.id, sebelum masuk pada prosesi pernikahan, ada juga prosesi sebelum pernikahan yang harus dilewati calon pengantin.

Prosesi pra pernikahan adat Sunda

1. Neundeun Omong
Saat seorang laki-laki atau perwakilannya ingin mempersunting seorang perempuan, maka akan ditelusuri terlebih dahulu status perempuan yang dimaksud. Apakah perempuan itu masih bebas atau belum ada yang meminang.

Jika perempuan itu masih bebas dan belum ada yang meminang serta ada tanda akan disetujui, maka akan ada pembicaraan yang lebih serius hingga akhirnya ada persetujuan dari pihak perempuan dan pihak laki-laki.

Ini dilakukan karena pada zaman dahulu, pernikahan kerap dilaksanakan karena paksaan orang tua. Tak sedikit kedua mempelai yang tidak saling mengenal. Namun karena perkembangan zaman, kini prosesi ini kerap dilewatkan karena calon pengantin biasanya sudah mengenal satu sama lain dan telah sejak awal memutuskan untuk serius menuju jenjang pernikahan.

Setelah mereka setuju untuk menikah, biasanya masing-masing calon pengantin membicarakannya pada orangtua atau keluarga. Kemudian disepakati waktu lamaran.

2. Narosan (melamar)
Narosan adalah tahap selanjutnya setelah menetapkan tanggal lamaran. Pada kunjungan ini orang tua calon pengantin pria datang bersama keluarga terdekat. Pada pelaksanaannya pihak keluarga laki-laki biasanya sambil membawa barang-barang.

3. Seserahan
Seserahan adalah barang-barang yang diberikan oleh pihak calon pengantin pria untuk calon pengantin wanita. Biasanya barang-barang yang diberikan antara lain uang yang sebesar 10 kali lipat dari uang yang dibawa pada narosan atau ngelamar, pakaian, makanan, dan lain-lain. Begitu juga seballiknya dari pihak calon pengantin wanita menyerahkan sesuatu kepada pihak calon pengantin pria.

4. Ngecangkeun aisan
Upacara ini biasanya dilakukan sehari acara resepsi dan diselenggarakan di kediaman calon pengantin perempuan. Upacara ini menjadi simbol lepasnya tanggung jawab kedua orang tua pada calon pengantin.

5. Ngaras
Ngaras yakni upacara membasuh kedua telapak kaki orang tua oleh calon pengantin sebagai tanda bakti.
Upacara ngaras dan siraman dalam pernikahan adat Sunda. Foto: Istimewa

6. Siraman
Upacara siraman yakni memandikan calon pengantin perempuan dengan air yang telah dicampur dengan air bunga tujuh rupa (7 macam bunga wangi). Maksud dari upacara siraman adalah sebagai simbol bahwa untuk menuju sebuah mahligai rumah tangga yang suci harus pula diawali dengan tubuh serta niat yang suci pula.
Upacara ngaras dan siraman dalam pernikahan adat Sunda. Foto: Istimewa

7. Ngerik
Ngerik yaitu mengerik bulu-bulu yang berada di sekitar wajah pengantin wanita agar nantinya saat dirias hasil riasannya bagus.

8. Ngeuyeuk Seureuh
Prosesi ngeuyeuk seureuh ini dilakukan setelah prosesi ngerik di lakukan adapun maksud dan tujuan ngeuyeuk seureuh, yaitu:

Calom mempelai diberikan kesempatan untuk meminta izin kepada orang tua dan memohon restu dari orang tua dengan disaksikan keluarga, kerabat maupun undangan.

Kemudian kedua orang tua memberikan nasihat kepada calon mempelai melalui benda-benda yang terdapat pada alat-alat yang ada atau alat-alat ngeuyeuk seureuh.

Acara nyeuyeuk seureuh biasanya dihadiri oleh kedua calon pengantin beserta dengan keluarganya, yang dilaksanakan pada malam hari sebelum acara akad nikah (Thomas Wiyasa Bratawidjadja, Upacara Pernikahan Adat Sunda, 2002).

Setelah prosesi pra pernikahan, baru dilaksanakan prosesi pernikahan di hari pernikahan, seperti yang dirangkum dalam jurnal yang diunggah Perguruan Tinggi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

Urutan prosesi dalam pernikahan adat Sunda dan maknanya

1. Mapag Panganten
Upacara mapag panganten dimulai ketika pengantin laki-laki serta rombongan telah datang ke lokasi pernikahan. Pengantin laki-laki didampingi orang tua dan keluarganya datang beriringan. Rombongan harus menunggu kesiapan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan mapag (menyambut).

Setelah semuanya siap, Ki Lengser (penetua adat) yang bertindak sebagai pemimpin upacara memberi tanda kepada para panayagan (pemain musik), pager ayu (penari), punggawa (prajurit penjaga), dan pihak keluarga pengantin perempuan yang akan menyambut kedatangan pengantin laki-laki.

Ki Lengser mempersilahkan para punggawa untuk mengawal pengantin laki-laki beserta rombongan. Setelah terjadi percakapan antara Ki Lengser dengan ketua rombongan, para pager ayu (penari) yang terdiri dari enam orang kemudian menyambut kedatangan rombongan dengan tarian dan tabur bunga.

2. Upacara Seserahan
Setibanya calon pengantin pria beserta rombongan di rumah calon pengantin wanita, maka diadakan penyambutan dengan pengalungan bunga yang terbuat dari bunga melati kepada calon pengantin pria yang dilakukan oleh ibu calon pengantin wanita, yang melambangkan bahwa pihak wanita menyambut kedatangan calon pengantin pria dengan hati suci bersih dan tangan terbuka.

Dalam upacara ini, orang tua calon pengantin pria menyerahkan putranya kepada orang tua calon pengantin wanita sambil membawa barang-barang keperluan pengantin wanita, yaitu pakaian wanita mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki yang merupakan simbolisasi dari pihak pria sebagai bentuk tanggung jawab kepada pihak keluarga wanita.

3. Akad Nikah
Pernikahan Vidi Aldiano dan Sheila Dara dengan busana adat Sunda. Foto: YouTube/Vidi Aldiano, Instagram
Dengan didampingi oleh calon mertuanya, pengantin pria dibawa masuk ke ruangan akad nikah dan dipersilakan duduk di kursi yang telah disiapkan. Selanjutnya pembawa acara mempersilakan kedua orang tua calon pengantin, saksi, petugas dari Kantor Urusan Agama (KUA), serta beberapa orang tua dari kedua belah pihak untuk duduk di tempat yang telah disediakan.

Pengantin wanita dipersilakan duduk di samping calon suaminya yang selanjutnya segera dilanjutkan upacara Akad Nikah. Sebelum ijab (akad nikah) di mulai, kedua calon pengantin dikerudungi tudung panjang yang berwarna putih, ini melambangkan penyatuan dua insan yang masih murni, lahir maupun batin.

Setelah akad nikah selesai, kedua pengantin dipersilakan berdiri untuk serah terima mas kawin dan menerima buku nikah masing-masing. Mas kawin bagi masyarakat Sunda tidak terlalu diutamakan, hal ini tergantung kemampuan calon pengantin pria dan biasanya telah dirundingkan pada waktu melamar atau pada waktu seserahan.

4. Upacara Sawer Panganten
Upacara sawer adalah upacara memberi nasihat-nasihat perkawinan kepada pengantin, dan dilakukan di panyaweran yang tempatnya antara halaman dan rumah, tempat jatuhnya air dari atap. Karena sawer berasal dari kata awer yang artinya air jatuh menciprat.

Pada pelaksanaannya, kedua pengantin didudukkan di kursi yang telah disediakan, wanita di sebelah kiri dan pria di sebelah kanan. Keduanya dipayungi dan didampingi oleh sanak saudara. Setelah itu dimulailah upacara nyawer yang dilakukan oleh wakil orang tua pengantin wanita, dengan menyanyikan tembang sawer yang isinya petuah-petuah dan doa-doa, diselingi dengan menaburkan beras putih, kunyit yang dilarutkan ke dalam air, kemudian dipakai mengaduk beras putih
sehingga beras tersebut menjadi kuning, uang logam, payung, permen, sirih yang digulung dengan bentuk cerutu berisi gambir, kapur sirih, pinang, dan tembakau, yang kesemuanya dicampur dalam satu wadah. Penaburan bahan sawer tersebut, melambangkan bahwa kedua pengantin tidak boleh segan-segan memberikan bantuan/harta kekayaan kepada sanak saudara dan orang lain.

5. Upacara Sungkem
Upacara sungkem yaitu upacara permohonan maaf kepada orang tua sebagai tanda bakti dan rasa terima kasih atas bimbingan dari lahir sampai ke perkawinan. Selain itu kedua pengantin mohon doa restu dalam membangun kehidupan rumah tangga yang baru, agar selalu mendapatkan berkah dan rahmat Tuhan.

Pelaksanaan upacara sungkem, diawali dengan pengantin pria dan wanita melakukan sembah sungkem kepada orang tua masing-masing. Pengantin secara bergantian melakukan sungkeman kepada ayah dan ibu dari pengantin perempuan, kemudian kedua pengantin melakukan sungkeman kepada kedua orang tua pengantin pria.

Saat melakukan sungkeman, baik dengan orang tua pengantin wanita atau orang tua pengantin pria, kedua pengantin duduk jongkok dan menundukkan kepalanya, kedua orang tua mengulurkan tangan kanannya untuk dijabat dan dicium, sedangkan tangan kiri orang tua mengelus kepada kedua pengantin.

Upacara sungkem selalu diidentikan dengan prosesi yang paling mengharukan. Pengantin perempuan dan orang tua pengantin biasanya selalu menangis saat upacara ini, karena merupakan proses dimana pengantin meminta maaf dan izin kepada orang tua, dan orang tua telah berhasil menuntaskan putra putrinya menuju kemandirian membentuk keluarga. Bagi sang mempelai upacara sungkem merupakan peristiwa yang dinantikan untuk memohon doa restu orang tua.

6. Upacara Nincak Endog (Injak telur)
Upacara injak telur adalah upacara yang melambangkan cara berkomunikasi atau pergaulan suami istri. Dilaksanakan setelah upacara sawer selesai, kedua mempelai dipersilakan berdiri dalam posisi saling berhadapan.

Perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara nincak endog yakni :

Sagar: lidi (harupat) berjumlah tujuh tangkai. Makna simbolisnya, kedua pengantin diharapkan tidak mudah marah, karena lidi yang memiliki sifat keras atau tidak mudah patah bisa saja patah jika dibengkokan terus menerus (marah).

Telur ayam simbol kemauan bulat kedua mempelai agar bertanggung jawab dengan perannya dan istri untuk taat mengikuti bimbingan suaminya. Dalam memiliki keturunan, mempelai berupa lendir yang mirip dengan isi telur ayam. Manusia jangan angkuh dan sombong.

Ajug (pelita) bersumbu tujuh buah, kini yang digunakan lilin. Sebagai simbol penerang bagi kedua mempelai dalam menjalankan rumah tangga, agar keduanya saling asah, asuh, dan asih.

Elekan yaitu potongan bambu yang diambil tidak dengan ruasnya, sesuatu yang kosong. Hal ini sebagai petunjuk bahwa kedua mempelai harus berilmu, jangan sampai kosong seperti elekan tersebut.
Kendi kecil berisi air bening, melambangkan alat pembersih dan sebagai pendingin atau penenteram suasana dikala hati sedang gundah.

Pelaksanaan upacara injak telur dimulai dengan pengantin pria dan pengantin wanita disuruh memegang sagar tujuh tangkai. Pengantin pria memegang yang kemudian dinyalakan pengantin wanita hingga terbakar. Setelah itu lidi yang terbakar dipadamkan lalu dipatahkan dan dibuang.

Setelah itu pengantin pria melepaskan alas kaki kanan lalu menginjak telur yang disimpan di tanah. Telur dan elekan harus sekaligus pecah.

Pengantin wanita kemudian mencuci kaki pengantin pria yang telah menginjak telur dengan air dari kendi kecil. Setelah airnya kosong, kendi tersebut dibanting sampai pecah yang menjadi simbol istri puas telah melayani suami.

7. Upacara Huap Lingkung
Huap Lingkung adalah suatu perumpamaan dari kehidupan suami-istri yang harmonis, selalu penuh kerinduan, saling cinta mencintai, dan saling membutuhkan. Upacara ini dipimpin oleh juru rias dan disaksikan oleh kedua orang tua pengantin, keluarga dan sering juga oleh kawan-kawan dekat kedua mempelai.

Hidangan makanan untuk huap lingkung menurut kelazimannya disajikan oleh pengantin wanita, sebagai hidangan pertama dari sang istri terhadap suaminya setelah keduanya menikah. Ini mengandung makna bahwa sejak itu orang tua kedua belah pihak tidak akan mengurusnya lagi, tidak memberi makan sebagaimana sebelumnya.

Hal ini dapat juga diartikan sebagai suapan, pemberian dan pengurusan terakhir orang tua terhadap kedua mempelai, yang selanjutnya kedua calon pengantin sendiri yang mengurus keperluan hidupnya.

Dalam upacara ini kedua orang tua pengantin pun menyuapi calon pengantin secara bergantian, ini melambangkan suatu ungkapan bahwa suapan-suapan yang dikerjakan oleh kedua orang tua pengantin adalah merupakan suapan terakhir terhadap anak-anaknya. Selesai penyuapan, kedua mempelai memegang bakakak ayam (ayam bakar), masing-masing memegang pahanya, Juru rias memberi aba-aba dan kedua mempelai saling tarik bakakak ayam tersebut sampai terbagi dua.
Menurut kepercayaan orang Sunda, siapa yang berhasil mendapatkan bagian lebih besar, dialah yang akan membawa rezeki paling besar. Selain itu, bermakna juga bahwa suami istri dalam berumah tangga nanti harus sama-sama bekerja atau saling memberi dorongan dalam mencari rezeki. Pelaksanaan upacara huap lingkung ini, tidak selalu sama dalam urutannya, ada yang mendahulukan acara menarik bakakak ayam, baru kemudian saling menyuapi. Hal ini tergantung dari yang
memimpin upacara.

Setelah upacara huap lingkung selesai, maka acara dilanjutkan dengan memberikan kesempatan kepada kedua pengantin untuk menerima doa restu dari sanak keluarga.


Postingan populer dari blog ini

Belajar Bahasa Arab Bersama By Karima Dina Febry S.Pd